Sektor

Puisi (1)

Selasa, 07 Desember 2010

Pulang

Pulang ngga... pulang ngga
huaaaaa pulaaaaang
tapi  belum bisa
tunggu liburan
pulaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Kamis, 02 Desember 2010

Tanah Rumpang

Alas di tanah kami
Hitam tak ubah jelaga
Tetirah yang tuanku jalani
Menjelajah negeri penjajah
Tuba habis ikan tak dapat

Kemana kami mengadu?
Kalau bukan pada Tuan kami bernaung
Hati melempung menatap hari depan
Semua beban dan kesalahan
Kami yang kecil yang menanggung

Jika asap merambah ke jiran
Kami dituding di baris depan
Tuan tahu siapa berpasal
Tangan tak terlihat yang berkuasa
Nama tak tersebut yang Tuan surukkan

Kemana kami mengadu ?
Kalau tak Tuan kami berlindung
Meranggas asa menatap layar kaca
Jika kemarau tiba dan api meraja
Kami yang kecil yang menjadi tumbal

Selasa, 23 November 2010

Aku Lelah 2

Kepala berdentum laik meriam
Sesak menyeruak menusuk ke ulu hati
Kecewa akan dunia yang tak terbaca
Aku lelah

Salakah cinta jadi katalis semua mimpi?
Ku puja namun tak ku Tuhankan
Lalu dia tak memihak
Tersia jalan di rintis belasan tahun
Aku lelah

Jendela pagi muram
Mentari enggan menyapa
Langit bergemuruh luruh
Hujan menyapu hati patah
Aku lelah

Senin, 22 November 2010

Cemburuku 3

Ku pandangi diri di cermin kehidupan
Ku ingat bentuknya dan indah perawakannya
Lembut tuturnya dan luwes karakternya
dan aku... Hah!

Aku menatap lembut padamu
Mencari jawaban dari semua inginmu
Mimpi - mimpi indah dalam tuturmu
Pleiades di timur horizon angkasamu

Diakah bintang itu?
Diakah rembulan itu?
Dia yang selalu kau sebut dalam igaumu
Dia yang selalu hadir dalam senyummu

Kamis, 18 November 2010

Malam Di Sebuah Warnet

Setelah sudah lama tidak ke warnet, kangen juga. Sudah lama hanya nangkring di lorong kamar dan memaksa modem bekerja setiap hari. sepertinya hari ini Frogy tersayang (modemku) dapat beristirahat sejenak. Awalnya hanya berniat mengerjakan tugas. Ternyata tugas yang di berikan lebih mudah dari yang kukira. sudah selesai dalam waktu satu jam. Sementara warnet sudah dipesan sampe pagi. Nasib - nasib...

Kangen sekali sama rumah. Andai sekarang lagi di rumah mengerjakan tugas dengan speedy... hahahaha ngayal

Jadi ingat masa - masa jahiliyah (sekarang juga kadang) begadang di warnet ampe pagi. Ngga peduli waktu. Asyik mengurus dunia maya. sekarang pun begitu. semua masih bergantung pada fb, twiter, blog. Gimana mau bisa membentuk tatanan dunia yang diinginkan, gimana mau mengubah dunia dengan kata? Bau mie aceh menyeruak.. godaaan tengah malam.. mana tawaran Rangga si penjaga warnet makan tengah malam... hahahaha... diet euy! bertahan ngga ya????

Selasa, 16 November 2010

Episode Malam

Sunyi adalah nocturne bagi jiwa - jiwa terluka
Kadang dia menjadi carol bagi hati - hati yang patah
Tapi malam ini dia menjelma laiknya requiem untukku
Nada - nada minor yang menyesak kedalam kabut

Malam penuh muram; akhir dari epos yang seolah tak pernah habis
Kabut membunuh Sang Malam
Siapa yang jadi pahlawan?
Entahlah, partitur yang hilang dari sonata musim gugur

Situs - situs yang kugali dalam lanskap jiwamu
Di terkam surya Hingga malam merenggutku
Ku benamkan artefak berharga itu dalam saku
Mimpi tanpa batas milikmu; yang dia pun tak akan tahu

Malam - malam saat Chopin menjelma dalam jemarimu
Saat sunyi masih menjadi Nocturne untukku
Kisah suram pembantaian di masa lalu
Holocaust yang sakral dan tak tersentuh

Kau ada di sana, manisku
Partitur yang hilang dari sonata musim gugur
Harmonisasi yang terusik 
oleh pukau suaramu

Episode malam yang dibunuh sang waktu
Entah Chopin atau Mozart
Jemari itu tak lagi memainkan lagu yang sama
Opus berbeda untuk jiwa yang lain

: sayup kudengar requiem berakhir
Kau telah tiada untukku


Kamis, 21 Oktober 2010

Rapuh

:Pagi menyelusup kebalik selimutku
Bangun sayang! Tuhanmu rindu padamu!
Berkerjap, berontak, lelah, akhirnya aku sendirian
Aku merasa begitu rapuh...

:kemarin malam
Hujan menampar tubuh bumi yang ringkih
Kulihat kota dan hutan mengabur dalam tirai kelabu
Menyentuhnya, mencumbunya, bercinta dengannya
Hujan membeku dalam dekapan
Tuhan, aku tak ingin sendirian

Bagaimana aku tanpamu, sayang?
Jiwa meranggas merontokkan
satu persatu asa yang baru ku genggam
Kau lihatkan, manisku?
seperti maple di musim gugur

Menatap titik pada cakrawala
ketempat semua menghilang
Apa aku pun akan menghilang di sana?
Ku bawa semua kelam dunia
Lenyap bersama mimpi dan ketakberdayaan

Memanggul kematian dipunggungmu, cinta
Menunggu hingga suatu masa
Dia akan menghimpitmu tanpa ampun
Dan tiada akan kembali pada ketiadaan
Maka semua akan menghilang
Ingatkan aku untuk bersabar dengan dunia!

Aku menarik sang embun dari kelam malam
Ayo temani aku!
Kita bicara tentang cobaan,
birokrasi yang seperti jerat setan,
Atau idealisme mengubah masa depan..

Aku ingin kau, manisku yang menyejukkan
Bisikkan puisi malam yang menenangkan
Sebelum mentari menjadikan
sejuk tinggal kenangan untukku
dan aku mendapati pagi sendirian

: Pagi ini
Kuhirup bayangmu
yang masih duduk disamping pembaringanku
Kurasakan getar halus merambat hingga tubuhku berguncang
Ternyata hujan belum mau berhenti sayang
Menggenangi dua bola dalam rongga mata
Ini yang kubenci dari kehidupan dan kemanusiawian
Aku lelah dengan kerapuhan.

Senin, 18 Oktober 2010

Dari Seorang Teman

Kecendrungan Hati. Sahabatku, pernah suatu ketika kita berfikir, bahwa akan bersanding dengan Kecendrungan Hati kita. Tapi ingat Sahabat, bahwa gelas CINTAmu, tak harus dia yang mengisinya. Karena ALLAH telah menentukan yang terbaik buat kita.
Kata - kata yang benar - benar mengena dengan situasiku saat ini. Betapa aku memandangmu begitu sempurna saudaraku. Tapi saat kini kau perlahan kulupakan, kau terasa begitu manusiawi. Dan itu menyadarkanku bahwa kita manusia. Bahwa semua tak pernah nyata. Dan aku tak pernah mengenalmu. Apakah kau sedang bertopeng dihadapanku? Apakah indah itu dirimu yang sebenarnya? 
Ketika kuletak kau dalam anganku. Pria dengan akhlak sempurna. Kau tak cukup manusia untukku. Aku dan kelam duniaku. Kau menolaknya bukan? Kau tak siap malaikat kecilku. Ya aku tak sempurna lagi seperti yang kau harapkan. Tapi inilah aku. Bumi yang menggersang sejak kau tinggalkan, langit. Maka biarkan kucari langit lain. Kau boleh tersenyum senang, kakakku. Aku akan berjalan sendiri tanpamu hingga malaikat lain akan mengangkatku dari neraka dunia..
 

Minggu, 17 Oktober 2010

Karena Aku Hanya Manusia


Malaikatku menangis lagi..
Sayap - sayapnya lelah melindungi mimpi..
Mimpiku tentang mentari yang bersinar di esok hari..

Apa gerangan dalam kabut matamu, duhai malaikat kecilku?
Tak kau lihat senyum cerah di wajahku
kala kau menyapa di pagi buta..?
Berikan senyumanmu, cinta..
karena itulah obat bagiku akan duka dunia...

Mengapa kau palingkan wajah itu?
Bukankah kau berjanji padaku..
takkan usaikan mimpi indahku?

Bukankah bagimu..,
senyumanku takkan terbayar oleh seisi dunia?

Malaikatku hanya menangis..
Bulir - bulir itu menyatu dengan sungai milikku..
Bergetar parau dilukisnya jawaban di langit kelabu..

"Sayapku tak kuat..
tapi tak kuasa aku meninggalkanmu..
Katakan padaku..
bagaimana aku bertahan disisimu"

Aku diam.. melayang dalam angan mimpi yang terbuang...

"Temukan mimpimu sayang..
meski tanpa aku..
dan akan kau temukan malaikat lain untuk mimpi indahmu.."

Dan kulihat perlahan malaikat kecilku memudar..
menghilang dalam bayang senja..
larut dalam keruh bayang - bayang malam..

Ku genggam bulu - bulu sayapnya
yang tersisa dalam genggaman...
Malaikatku, siapa yang kan kubagi beban dunia ini?
siapa yang kan menampung keringat dan air mata ini?

Kemana kan kuteriakkan mimpi surgawi berjuta pelangi ini?

Aku meringkuk dalam kelam..
Menangis dalam desau kejamnya dingin malam..
Ketika mentari datang..
kaki - kaki kecilku beringsut..
Mata sayu berkerjap lelah
karena aku hanya manusia..
Tanpa malaikat kecilku..
semua hilang sia - sia...