Sektor

Puisi (1)

Kamis, 21 Oktober 2010

Rapuh

:Pagi menyelusup kebalik selimutku
Bangun sayang! Tuhanmu rindu padamu!
Berkerjap, berontak, lelah, akhirnya aku sendirian
Aku merasa begitu rapuh...

:kemarin malam
Hujan menampar tubuh bumi yang ringkih
Kulihat kota dan hutan mengabur dalam tirai kelabu
Menyentuhnya, mencumbunya, bercinta dengannya
Hujan membeku dalam dekapan
Tuhan, aku tak ingin sendirian

Bagaimana aku tanpamu, sayang?
Jiwa meranggas merontokkan
satu persatu asa yang baru ku genggam
Kau lihatkan, manisku?
seperti maple di musim gugur

Menatap titik pada cakrawala
ketempat semua menghilang
Apa aku pun akan menghilang di sana?
Ku bawa semua kelam dunia
Lenyap bersama mimpi dan ketakberdayaan

Memanggul kematian dipunggungmu, cinta
Menunggu hingga suatu masa
Dia akan menghimpitmu tanpa ampun
Dan tiada akan kembali pada ketiadaan
Maka semua akan menghilang
Ingatkan aku untuk bersabar dengan dunia!

Aku menarik sang embun dari kelam malam
Ayo temani aku!
Kita bicara tentang cobaan,
birokrasi yang seperti jerat setan,
Atau idealisme mengubah masa depan..

Aku ingin kau, manisku yang menyejukkan
Bisikkan puisi malam yang menenangkan
Sebelum mentari menjadikan
sejuk tinggal kenangan untukku
dan aku mendapati pagi sendirian

: Pagi ini
Kuhirup bayangmu
yang masih duduk disamping pembaringanku
Kurasakan getar halus merambat hingga tubuhku berguncang
Ternyata hujan belum mau berhenti sayang
Menggenangi dua bola dalam rongga mata
Ini yang kubenci dari kehidupan dan kemanusiawian
Aku lelah dengan kerapuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

I'll be happy if you leave something here..